Mengejar Impian part 39

"Vita, ini aku Aconk, aku boleh masuk!"
"Ngapain kamu ke sini? Urus aja pacarmu!"katanya jutek.
Aku terdiam dan berfikir sejenak.
"Pacar? Pacar yang mana?"
"Yang selalu nemenin kamu"sewotnya.
Dia memberitahukan ciri-ciri cewe yang dimaksud ternyata dia adalah Wilda.
"Kau cemburu ya!"ledekku setelah tahu perasaannya.
"Enak aja, jangan GR kau!"protesnya.
"Vita, kalo gak mau bukain pintu gak apa-apa, asal kamu tau aja, orang yang kau maksud itu, adikku, namanya Wilda. Mau percaya atau gak terserah kamu, karna dari dulu sampai saat ini aku masih memikirkan si gendut cilik. Ya udah aku kembalikan pemberianmu"ucapku sambil meletakkan buah kalung.
Aku keluar dari dalam rumahnya.
"Tante saya permisi dulu ya!"pamitku.
"Dika, tunggu!"seseorang memanggilku.
"Apa lagi"jawabku tanpa expresi.
"Apa kau masih mengenal gadis gendutmu?"sambil menunjukan buah kalung yang ku simpan.
Aku melihatnya.
"Gendut? Kau bukan gadis cilikku!"ucapku datar.
"Bodoh, aku benci kamu, aku benci kamu"air matanya mengalir.
Vita menangis penuh kesal.
"Itu baru gadis kecilku, sebutan itu yang membuatku makin sayang"ujarku sambil senyum.
"Bodoh, kamu meledekku?"Vita cemberut.
"Mau kah kau jadi pacarku?"
"Ciee cie cie cie"ledek Rian.
"Anak sekarang berbeda dengan jaman dulu"kata mamanya.
Aku dan Vita tersipu malu mendengar celoteh mamanya.
Mulai saat ini aku akan lebih sering bersama Vita karna aku akan menjaganya.
"Sebelum aku pulang, aku mau nanya?"
"Tanya apa?"
"Kamu punya pesbukkan? Namanya Novita Kumala Sari!"
"Iya, emangnya kenapa?"
"Gak, gak kenapa-napa, tapi hati-hati sama Kucai"
"Emangnya kenapa dengan Kucai?"
"Dia akan merebut hatimu dariku"kataku.
"Kamu bisa aja, hatiku tak kan pernah berubah, hanya untukmu seorang!"
"Aku percaya padamu, sekarang aku pulang dulu ya!"
Vita mengangguk.
***
Di halte, aku sambil berjualan. Hatiku sangat senang karna Vita sudah resmi jadi milikku walau tidak seutuhnya.
Di kala kegiranganku memuncak, seseorang memegang bahuku dari belakang.

Bersambung....