Mengejar impian part 38

Hari ini alam tampak tak bersahabat, awan kelabu menghiasi langit, seperti pertanda buruk.
"Cuy, cewe cakep!"Kucai memulai percakapan.
"Di mana?"tanya Gembul.
Nilam dan Emon berlari melihat ke halaman.
"Itu kan Dewi dan Dinda!"ujar Emon kesal.
Aku hanya menggelengkan kepala.
"Itu emang Dewi dan Dinda, tapi ini ni?"sambil menunjukan layar hp nokia clasik.
"Novita Kumala Sari"Gembul membaca namanya.
Aku melongo mendengar nama itu.
"Kenapa Conk? Kamu kenal sama dia?"tanya Nilam.
"Tau ah, pesbukan mulu, aku kerja dulu"sewotku seraya meninggalkan mereka.
Aku tidak mempedulikan mereka, walau mendung aku tetap harus berjualan.
Di sebuah taman tampak sepi, mungkin karna cuacanya buruk. Aku tak tahu harus kemana lagi.
"Kenapa aku jadi mikirin Vita, apa aku.... Ah tidak mungkin, mana mau dia sama aku!"aku menepis pikiranku.
Akhir-akhir ini aku memang jarang melihat Vita, bahkan aku tak pernah melihatnya. Hal ini membuatku gelisah, dan aku berniat pergi ke rumahnya.
Sesampai depan rumahnya, hanya Rian dan mamanya yang berada di teras rumahnya.
"Kak, satenya!"ujar Rian berlari ke arahku.
"Iya iya sabar! Ngomong-ngomong Vita kemana?"tanyaku.
"Lagi merana di kamarnya, mungkin lagi patah hati kak!"jawab Rian polos.
"Anak kecil tau apa"kataku tak percaya.
"Tanya aja sama mama, Rian gak bohong kok!"sanggah Rian.
"Ini satenya!"aku memberikan sate pada Rian.
"Saya juga, masa cuma Rian!"kata mamanya.
Aku memikirkan perkataan Rian.
"Apa benar yang di katakan Rian, lalu siapa? Waduh pikiranku mulai kacau"batinku.
"Tante Vita kemana?"tanyaku sambil memberikan sate.
"Tante gak ngerti sama pikirannya, dari kemaren mengurung diri di kamarnya. Dia gak mau keluar kamar!"mamanya mengeluh.
"Tante, saya boleh masuk?"
"Masuk aja, tapi hati-hati, dia lagi ngambek!"
"Ok tante"
"Ciee, mau liat sang putri ya!"ledek Rian.
Aku tersenyum mendengar ledekan Rian.
Di depan kamar, aku mengetuk pintu hingga beberapa kali.
"Tok tok tok!"suara ketukan pintu.
"Ma, Vita mau sendiri, jangan gangguin Vita!"celetuknya.

Bersambung