MENGEJAR IMPIAN Part 34

Dalam diriku ada rasa takut, bukan takut pada manusia tapi takut hantu yang buruk rupa, apa lagi hantunya korban kecelakaan. Batinku berkecamuk antara harus lari dan melihat orang yang tiba-tiba memegang pundakku.
"Ampun! Jangan nongol didepanku!"seruku yang ketakutan.
"Bodoh, ternyata kau takut sama hantu? Kenapa jadi cowo?"ledek suara dibelakangku.
"Vita kamu nakutin aku, resek loh!"gerutuku setelah tau bahwa orang yang memegang bahuku adalah Novita.
"Siapa suruh ngikutin aku? Emang enak dikerjain!"
"Tumben gak sama si brengsek itu? Aku benci banget sama dia! Maaf, bukan mau menjelekan pacarmu, emang yang ku rasakan!"ucapku jujur.
Vita memandangku, tatapannya membuatku merasa bersalah.
"Aku minta maaf, aku salah, jangan marah ya!"kataku tulus.
"Selama ini kamu kemana aja? Kau selalu menjauhiku!"katanya mengalihkan pembicaraan.
Aku tak mengerti apa yang ada dalam pikirannya, aku jadi bingung sendiri.
"Kok diam aja? Kenapa?"
"Udah ah, aku malas membicarakannya!"aku mengalihkan pembicaraan.
"Kenapa kau menjauhiku?"tanyanya lagi.
"Kamu mau pulang?"tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Aku benci kau!"ujarnya ketus.
"Kau benci aku benci kamu, kau bohongi aku bohongi kamu!"kataku menggunakan syair Noah walau suaraku tak enak didengar.
"Maksud kamu apa?"
"Gendut, cilik, menangis karna sesat gak tau harus kemana? Kelaparn lagi!"
"Bodoh, kau udah tau?"
"Yang suka manggil aku bodoh hanya kamu! Vita kau ingatkan?"
"Ingat!"
"Sekarang kau berubah total!"
"Maafin aku ya!"
"Ijinkan aku meluk kamu gendut!"kataku setengah meledek.
Vita merenggangkan tangannya, tanda mengizinkan aku.
"Gak jadi ah, nanti ada yang marah!"ledekku.
"Aku udah putus sama dia, dia hanya manfaatin aku, aku malas membahasnya"ucapnya.
Aku sedikit mempunyai harapan untuk memilikinya, tapi apa pantas seorang penjual sate keliling yang penghasilannya tak menentu.
Setelah tau tentang kisahnya, aku mengantarnya pulang ke rumahnya. Rumahnya tampak tak asing bagiku, memang benar ternyata orang tuanya pelanggan setiaku.