MeNGeJAr ImPIan part 29

Aku merasa ragu mendengar penjelasan dari Nilam, karna dia emang selalu begitu sejak SMP dulu.
"Kita liat aja yuk!"ajak Emon.
Aku, Kucai dan Gembul saling berpandangan, menunggu kesepakatan bersama. Dewi dan Dinda hanya melongo melihat kami.
"Kita ikutin aja maunya Nilam, kalo bohong seperti biasa"Kucai berkomentar.
"Siiip!"aku dan Gembul bersamaan.
Dewi dan Dinda diam tanpa komentar. Aku dan yang lainnya mengikuti Nilam, dia membawa kami keliling komplek, ternyata kami benar-benar tak menemukan orang yang dimaksud.
"Kamu jangan bohongin kita dong!"protesku.
"Aku gak bohong, tadi ada disini?"Nilam membela diri.
"Alaah, kau dari dulu gak pernah berubah!"protes Gembul.
"Jadi aku harus bilang WOW gitu?"Nilam melotot.
"Gak perlu, cukup bilang CEMEWEW!"sambung Emon.
"Cuy, cara lama!"kucai angkat suara.
"Tunggu dulu bro! Masa kalian setega itu, tunggu! Itu orangnya!"sambil menunjuk seseorang dikejauhan.
"Cowonya mana? Hayoo"Dinda ikut bicara.
"Perasaan aku kenal cewe itu"ucapku.
"Halaah, ada-ada aja, paling tau disini, tu lewat! Itukan gayamu"protes Kucai.
"Jam berapa sekarang? Waktunya kerja"kataku.
Tanpa menunggu jawaban dari mereka, aku pergi mengambil gerobakku, mereka memandang kepergianku, aku hanya melirik mereka.
***
Aku berjalan hingga lututku terasa sakit, hari ini kemalangan menimpaku, sateku tak seorangpun yang mau membeli, hingga aku terduduk didepan sebuah rumah yang cukup megah, dibanding rumahku yang di kampung masih bagus rumah ini. Pandanganku kosong sambil mengipas tubuhku yang gerah dan dipenuhi keringatku sendiri.
"Tetesan keringat, mudah-mudahan hari ini laris, aku gak mengharapkan untung banyak tapi mengharapkan banyak pelanggan!"seruku dalam hati sambil mengusap keringatku.
"Mas, sate! Sini mas!"suara seseorang.
Aku mencari sumber suara ternyata dari depan rumah yang aku pandangi. Aku segera menghampiri rumah itu.
"Iya bu, mau pesan berapa?"tanyaku.
"Dua porsi cukup"
Aku segera membuat sate, perasaanku mulai tenang, aku melayani dengan senang hati.