Mengejar impian part 32

Aku tersenyum padanya, senyumku seakan-akan meledeknya.
"Kak, kok senyum sih kak? Kakak ngeledek ya! Kakak jahat!"ambek Wilda.
"Kakak, udah biasa hidup seperti ini, kalo Wilda mungkin....?"
"Mungkin apa kak?"
"Mungkin nanti Peter pan! Udahlah gak penting bahas ini!"kataku mengalihkan pembicaraan.
"Ciee, cie ciiee"ledek Emon.
"Ternyata tinggi juga seleranya Aconk!"celoteh Kucai.
"Diam-diam menghanyutkan!"tambah Nilam.
Wilda tersenyum mendengar celoteh teman-temanku sehingga mereka menjadi bingung untuk mengartikan senyumannya.
"Selamat ya!"ucap Dewi lemas.
"Pacarnya cantik, imut dan manis!"puji Dinda.
"Makasi"jawab Wilda.
Aku membiarkan mereka, aku sengaja tidak memberitahu mereka dan aku harap mereka tidak tahu tentangku dan Wilda.
Hari ini Dinda dan Dewi terlihat berbeda, sikapnya berubah, tapi aku tak tahu apa yang membuat mereka berubah. Disisi lain aku merasa bingung karna sudah satu minggu tidak bertemu gadis cilikku, aku merindukannya.
Aku dan ke empat temanku mengingat masa kecil, saat mereka menjahili gadis cilik yang gendut, pada waktu hanyd gembul yang tidak ikut campur karna tubuhnya juga gendut. Menceritakan masa lalu membuat kami tertawa walaupun Emon dan Kucai preman cilik di kampung.
"Aku kangen gadis kecilku!"ucapku setelah selesai bercerita.
"Gak salah, Aconk merindukan cewe gendut, oalah ma e"Kucai nyerocos.
"Ini gak bener, ini pasti ada yang salah!"Emon meraba kepalaku.
Wilda dan yang lainnya tertawa.
"Dulu emang gendut, itu dulu? Sekara...."
"Sekarang PELAT!"sambung Kucai.
"Apa tu?"tanya Gembul dan Nilam bersamaan.
Aku merasa jengkel dengan ulah mereka.
"PEndeK dan buLAT!"
Mereka makin menertawaiku.
"Liat aja nanti pasti kalian keluar liur melihatnya"protesku.
Mereka tetap menertawaiku.
"Kalian meledekku?"ucap Wilda tiba-tiba.
"Cegek"suara mereka menelan ludahnya sendiri.
"E maaf neng!"seru Emon gugup.
Aku juga kaget mendengar Wilda mengaku sebagai Vita, aku menyenggol sikunya dia hanya mengedipkan matanya.
***
"Kenapa kau mengaku temanku itu?"tanyaku berbisik.