Selasa, 18 Juni 2013

Ditunggu, Penerus Taufik Hidayat

Taufik Hidayat terbukti tak bisa memberikan penampilan memuaskan di turnamen penutup karirnya, Djarum Indonesia Terbuka 2013. Juara Dunia 2005 itu kandas di tangan pemain jebolan babak kualifikasi asal India, Sai Praneeth.  

Pertandingan terakhir Taufik menjadi kenangan luar biasa bagi sang lawan, Praneeth. 

Pemain muda India itu sukses mewujudkan impiannya: bisa bermain melawan Taufik di lapangan. Bahkan, Praneeth sukses mengalahkan Taufik dalam tiga game 15-21, 21-12, 21-17. “Taufik merupakan salah satu legenda bulutangkis dunia dan saya selalu ingin bisa bermain melawannya. Dia merupakan pemain yang punya sikap baik, tampil begitu tenang di lapangan,” kata Praneeth.  

“Dialah idola saya sejak saya mengenal bulutangkis,” kata Praneeth lagi. Lewat perlawanan apik yang dia berikan untuk Taufik, Praneeth mulai merangkai mimpi untuk bisa mencapai prestasi tertinggi di tingkat dunia termasuk meraih sukses dalam kejuaraan dunia, dan turnamen-turnamen bergengsi lainnya. 

Sambil merajut mimpinya itu, Praneeth – kini berusia 21 tahun – akhirnya mengandaskan impian pemain nomor satu dunia, Lee Chong Wei, untuk bisa mempersembahkan permainan terbaiknya melawan Taufik. Dalam undian, Taufik dan Chong Wei memang bisa bertemu jika saja Taufik sukses melewati babak pertama. Namun, sang legenda lebih memberikan jalan pada sang pemula untuk bisa bermain dengan dirinya serta teman akrab sekaligus rival di lapangan, Chong Wei. 

Chong Wei sendiri tak bisa menyembunyikan sedikit kekecewaan karena tak kuasa berjumpa Taufik dalam turnamen resmi untuk terakhir kalinya. “Namun mungkin memang dia banyak terfokus untuk menghadapi masa pensiunnya. Dari yang saya lihat di pertandingan itu [saat melawan Praneeth], Taufik memang terlihat sudah tak lagi fit kondisi fisiknya meski sudah memberikan upaya maksimal,” ujar Chong Wei. 

Di mata pebulutangkis asal Malaysia itu, sosok Taufik Hidayat begitu penting. Sampai-sampai dia bilang, tidak akan ada Chong Wei, jika tidak ada Taufik. Untuk Chong Wei, Taufik merupakan pemain yang bisa membawanya dalam kesuksesan seperti sekarang ini. “Sejak pertama saya melawan dia di pertandingan, saya termotivasi untuk terus berlatih agar bisa mengalahkan Taufik,” kata Chong Wei. 

Dari catatan milik situs resmi BWF, kedua pemain ini pertama kali berjumpa di ajang Indonesia Terbuka tahun 2001. Kala itu, Taufik menghentikan langkah perjuangan Chong Wei. Perjuangan Chong Wei di Indonesia Terbuka tak kemudian luntur. Terbukti dengan adanya empat gelar juara yang sudah diraihnya. Dari jumlah itu, dua kali Chong Wei mengandaskan Taufik yaitu di tahun 2009 dan 2010. 

Tak salah jika Chong Wei kemudian berharap bisa berjumpa kembali dengan Taufik tahun ini. Chong Wei tentu rindu merasakan kembali drama di lapangan setelah terakhir kali melawan Taufik di babak perempat final India Terbuka tahun 2012. Sayang pertemuan itu urung terjadi. Namun, sang motivator jelas-jelas sudah menyulut semangat Chong Wei. Dari 20 pertemuan keduanya di lapangan, Chong Wei bisa meraup kemenangan sebanyak 13 kali. 

Praneeth dan Chong Wei sama-sama melihat sosok luar biasa Taufik Hidayat yang mulai pekan ini akan menghilang seiring keputusannya gantung raket. Chong Wei bahkan tak bisa menutup rasa sedihnya akan hal itu. Meski dia mengakui selalu ada saatnya bagi setiap pemain untuk mengakhiri karir. 

Chong Wei sedih karena keputusan Taufik ini membuat persaingan “Four Heavenly Kings” semakin jelas memudar. Raja bulutangkis era tahun 2000-an diisi empat pemain luar biasa yaitu Peter Hoeg Gade asal Denmark, Lin Dan asal Cina, serta Taufik dan Chong Wei. Kini, spot itu sudah ditinggalkan Taufik dan Gade. “Setelah Gade pensiun tahun lalu, kini saatnya untuk Taufik. Ya memang begitulah yang seharusnya terjadi, saya pun juga akan mengalaminya nanti, saya juga akan pensiun,” katanya. 

Yang jelas, berakhirnya karir Taufik harus bisa menyadarkan para penerusnya. Jika Praneeth dan Chong Wei tersulut motivasinya oleh kepiawaian permainan Taufik, suntikan motivasi itu yang setidaknya bisa menembus para pemain yang diharapkan saat ini seperti Tommy Sugiarto dan Dionysius Hayom Rumbaka. 

Suntikan motivasi itu juga yang seharusnya masih bertahan di dalam diri Sony Dwi Kuncoro dan Simon Santoso. Kedua pemain ini yang secara jelas tumbuh bersama Taufik Hidayat dalam Pelatnas Cipayung. Keduanya tentu sangat diharapkan gregetnya lagi dalam perjalanan karir mereka. 

Sony boleh saja kandas di babak 16 besar Djarum Indonesia Terbuka 2013. Simon pun bolah saja batal tampil setelah cedera mendadak yang dialaminya. Namun, seharusnya mereka langsung bisa bangkit kembali dan membuktikan ada banyak Taufik Hidayat lain yang bisa diandalkan untuk meraih prestasi tertinggi di perbulutangkisan dunia. Atau, kita harus menanti lagi dari pemain-pemain muda Indonesia lainnya. 

Hingga kini belum ada sosok pengganti Taufik Hidayat. Dia yang dikenal dengan julukan “McEnroe of Badminton” memang diakui sebagai pemain yang komplet. Inilah yang kemudian harus segera dikejar agar Indonesia kembali memiliki pemain tunggal putra segemilang Taufik.

0 komentar:

Posting Komentar

@_LIE_BEE_@

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers